Diskusi Ilmiah: Media, Music, Y-Culture

Pada 21 Juni 2014, prodi Inggris dan Centre for Cultural and Language Studies (CCLS) mengadakan diskusi Ilmiah yang bertajuk Media, Music, and Y-Culture.

Pada 21 Juni 2014, prodi Inggris dan Centre for Cultural and Language Studies (CCLS) mengadakan diskusi Ilmiah yang bertajuk Media, Music, and Y-Culture. Diskusi bertujuan untuk memperkenalkan topik, objek, dan metode penelitian ilmiah dalam ranah kajian susatra dan kajian budaya kepada mahasiswa prodi Inggris. Acara ini menghadirkan dua pembicara yang sedang melakukan penyusunan tesis mengenai musik dan budaya popular, khususnya budaya generasi muda. Acara dihadiri sebanyak 60 peserta.

Musik dan komunitas Skinhead di wilayah Jakarta dan sekitarnya adalah topik yang disajikan oleh pembicara pertama, Farkhan. Dalam paparannya, Farkhan mengungkap bahwa Skinhead merupakan suatu fenomena sub-kultur yang muncul dan berkembang di United Kingdom. Masuknya sub-kultur ini ke Indonesia tidak terlepas dari peran media. Namun demikian, komunitas Skinhead Indonesia merupakan komunitas sub-kultur yang cair. Artinya, Skinhead di Indonesia merupakan bentuk penerjemahan dari skinhead UK yang disesuaikan dan dicampurkan dengan konteks latar budaya Indonesia. Hal ini menjadikan Skinhead Indonesia merupakan komunitas Skinhead yang khas, Skinhead yang merupakan perpaduan unsur Global dan Lokal.

Farkhan mengutarakan bahwa penelitian yang dilakukannya ini merupakan penelitian yang menggunakan metode penelitian etnografi dalam cultural studies. Dipilihnya metode ini, menurutnya adalah untuk memperoleh data amatan yang lebih kaya karena melalui metode etnografi si peneliti berkecimpung langsung dengan komunitas yang diamati.

Sementara itu, pembicara kedua, Mariyatul Qibtiyah, memaparkan project penelitiannya mengenai fenomena musik dan goyang dangdut. Ia mengetengahkan bahwa musik dan goyang dangdut merupakan salah satu identitas budaya Indonesia. Walaupun demikian, pelacakan sejarah yang dilakukannya mengindikasikan bahwa musik dan goyang dangdut merupakan perpaduan dari musik dan tarian yang berasal dari budaya lokal (tradisional), Melayu, Arab, maupun India. Kecairan musik dan goyang dangdut terus berlangsung sampai pada konteks kontemporer. Fenomena goyang Cesar merupakan salah satu indikasi dari kecairan tersebut. Dalam penelitiannya, Mariya menggunakan analisis representasi dan visual.

Diskusi diakhir dengan penyampaian kesimpulan oleh Project Director CCLS, Endang S. Priyatna, M.Hum, MA. Ia menyampaikan bahwa Indonesia adalah ruang wilayah budaya yang porous, terbuka, dan cair. Hal inilah yang memperkaya keanekaragaman budaya Indonesia. Identitas budaya Indonesia adalah cair dan selalu menjadi (being and becoming), artinya identitas budaya yang selalu berproses. Hal ini merupakan kekhasan identitas budaya Indonesia. Kecairan ini perlu dilihat sebagai suatu bentuk kreatifitas dan keluwesan bangsa Indonesia dalam menerima dan mencerna aliran budaya global. Budaya tersebut tidak langsung diterima begitu saja, namun justru dikelola, dicerna, dan diartikulasikan menjadi bentuk yang baru yang memiliki kekhasan Indonesia. Media, musik, dan budaya popular generasi muda merupakan ranah dan situs dari proses penerjemahan serta reproduksi budaya global-lokal/lokal-global.